HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PERUBAHAN BUDAYA (DALAM DUNIA PERTANIAN)
Pengertian perubahan kebudayaan adalah
suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara
unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak
serasi fungsinya bagi kehidupan.
Contoh
:
DALAM DUNIA PERTANIAN
Masuknya
mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian
tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller”
di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi
kehilangan pekerjaan.
TEKNOLOGI DALAM
PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN
Dalam kegiatan
bercocok tanam tentu banyak menggunakan alat – alat untuk mengolah tanah
ataupun hasil pertanian. Alat – alat untuk bercocok tanam tersebut sudah
dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan dari masa ke masa tentunya banyak
mengalami berbagai macam perkembangan. Dalam proses pengolahan lahan mulanya
menggunakan cangkul yang bertujuan untuk membalik lapisan tanah yang subur,
akan tetapi lama kelamaan cangkul dirasa kurang efektif, karena dengan
menggunakan cangkul tenaga yang dikeluarkan tidak sebanding dengan luas tanah
yang akan diolah, karena dalam hal ini manusia mempunyai peranan yang dominan
didalam menggerakan alat dimaksud, sehingga produktifitas kinerja tegantung
kepada kekuatan atau tenaga manusia itu sendiri, selain itu juga membutuhkan waktu
yang cukup lama jika lahan yang akan ditanami cukup luas.
Kemudian para petani menemukan cara
yang lebih efektif dalam mengolah tanah dengan menggunakan bajak sawah yang
ditarik binatang, seperti kerbau, sapi ataupun kuda . Secara fisik kondisi
tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau (angleran) teksturnya lebih halus,
hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah lebih intensif, serta kaya akan
pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau. Dengan menggunakan bajak, para
petani dapat mempersingkat waktu dalam mengolah tanah agar secepatnya bisa
segera ditanami.
Namun dalam prosesnya, penggunaan
bajak dalam kegiatan bercocok tanam juga menemui kendala. Karena bajak ditarik
hewan, kendala yang dihadapi utamanya menyangkut hewan tersebut, kendala yang
dialami ialah dalam hal pemeliharaan hewan tersebut, seperti kandang dan
makanan hewan tersebut, selain itu tidak semua petani memiliki hewan ternak
karena hewan – hewan tersebut dirasa cukup mahal bagi petani yang memiliki
lahan pertanian yang tidak seberapa luas.
Seiring berkembangnya teknologi
dalam ilmu petanian serta adanya pemikiran kearah peningkatan produksi secara
cepat dan berklanjutan, berdampak kepada perubahan alat pengolah lahan atau
tanah, penggunaan bajak dengan tenaga kerbau sudah mulai ditinggalkan dan
beralih menggunakan jasa traktor yaitu alat yang menggunakan tenaga mesin
sebagai penggeraknya, dengan bentuk yang di rancang menyerupai kendaraan
bermotor serta mengunakan bahan bakar, alat ini disebut dengan traktor.
Penggunaan alat pengolahan lahan yang menggunakan kekuatan tenaga mesin (
traktor ) dipandang lebih produktif serta efisien, karena dalam penggunaannya
manusia yang mengendalikan alat tersebut. Sehingga tanah akan lebih cepat
diolah dan ditanami.
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya
Samuel Koenig
menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang
terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut
terjadi karena sebab-sebab intern atau sebab-sebab ekstern.Selo Soemardjan
menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Berdasarkan uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur
atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan
tertentu ke
keadaan yang lain.
Secara umum perubahan sosial dan budaya dibedakan dalam beberapa bentuk:
a. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
c. Perubahan yang direncanakan (planned
change) / perubahan yang dikehendaki (intended change) dan perubahan yang tidak direncanakan
(unplanned change) / perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change)
d. Perubahan Struktural dan Perubahan Proses
Perubahan sosial
budaya dalam hal pengelolaan pertanian masuk ke dalam bentuk perubahan sebagai
berikut:
Perubahan Besar
Perubahan besar
adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang memberi
pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Salah satunya perubahan cara
pengelolaan pertanian dengan pemakaian alat pertanian dari mesin (traktor) pada
masyarakat agraris merupakan perubahan yang membawa pengaruh besar. Pengaruh
besar tersebut diantaranya memudahkan para petani dalam mengelola sawah
terutama dalam mengolahan tanah yang bertujuan untuk menciptakan struktur tanah
yang dibutuhkan untuk persemaian atau tempat tumbuh benih. Tanah yang padat
diolah sampai menjadi gembur dengan bantuan traktor sehingga lebih efisien.
Berikut gambar perubahan peralatan pertanian:
Bajak Kayu Kuno
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PERUBAHAN BUDAYA (DALAM DUNIA PERTANIAN)
Pengertian perubahan kebudayaan adalah
suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara
unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak
serasi fungsinya bagi kehidupan.
Contoh
:
DALAM DUNIA PERTANIAN
Masuknya
mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian
tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller”
di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi
kehilangan pekerjaan.
TEKNOLOGI DALAM
PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN



Dalam kegiatan
bercocok tanam tentu banyak menggunakan alat – alat untuk mengolah tanah
ataupun hasil pertanian. Alat – alat untuk bercocok tanam tersebut sudah
dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan dari masa ke masa tentunya banyak
mengalami berbagai macam perkembangan. Dalam proses pengolahan lahan mulanya
menggunakan cangkul yang bertujuan untuk membalik lapisan tanah yang subur,
akan tetapi lama kelamaan cangkul dirasa kurang efektif, karena dengan
menggunakan cangkul tenaga yang dikeluarkan tidak sebanding dengan luas tanah
yang akan diolah, karena dalam hal ini manusia mempunyai peranan yang dominan
didalam menggerakan alat dimaksud, sehingga produktifitas kinerja tegantung
kepada kekuatan atau tenaga manusia itu sendiri, selain itu juga membutuhkan waktu
yang cukup lama jika lahan yang akan ditanami cukup luas.
Kemudian para petani menemukan cara
yang lebih efektif dalam mengolah tanah dengan menggunakan bajak sawah yang
ditarik binatang, seperti kerbau, sapi ataupun kuda . Secara fisik kondisi
tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau (angleran) teksturnya lebih halus,
hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah lebih intensif, serta kaya akan
pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau. Dengan menggunakan bajak, para
petani dapat mempersingkat waktu dalam mengolah tanah agar secepatnya bisa
segera ditanami.
Namun dalam prosesnya, penggunaan
bajak dalam kegiatan bercocok tanam juga menemui kendala. Karena bajak ditarik
hewan, kendala yang dihadapi utamanya menyangkut hewan tersebut, kendala yang
dialami ialah dalam hal pemeliharaan hewan tersebut, seperti kandang dan
makanan hewan tersebut, selain itu tidak semua petani memiliki hewan ternak
karena hewan – hewan tersebut dirasa cukup mahal bagi petani yang memiliki
lahan pertanian yang tidak seberapa luas.
Seiring berkembangnya teknologi
dalam ilmu petanian serta adanya pemikiran kearah peningkatan produksi secara
cepat dan berklanjutan, berdampak kepada perubahan alat pengolah lahan atau
tanah, penggunaan bajak dengan tenaga kerbau sudah mulai ditinggalkan dan
beralih menggunakan jasa traktor yaitu alat yang menggunakan tenaga mesin
sebagai penggeraknya, dengan bentuk yang di rancang menyerupai kendaraan
bermotor serta mengunakan bahan bakar, alat ini disebut dengan traktor.
Penggunaan alat pengolahan lahan yang menggunakan kekuatan tenaga mesin (
traktor ) dipandang lebih produktif serta efisien, karena dalam penggunaannya
manusia yang mengendalikan alat tersebut. Sehingga tanah akan lebih cepat
diolah dan ditanami.
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya
Samuel Koenig
menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang
terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut
terjadi karena sebab-sebab intern atau sebab-sebab ekstern.Selo Soemardjan
menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Berdasarkan uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur
atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan
tertentu ke
keadaan yang lain.
Secara umum perubahan sosial dan budaya dibedakan dalam beberapa bentuk:
a. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
c. Perubahan yang direncanakan (planned
change) / perubahan yang dikehendaki (intended change) dan perubahan yang tidak direncanakan
(unplanned change) / perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change)
d. Perubahan Struktural dan Perubahan Proses
Perubahan sosial
budaya dalam hal pengelolaan pertanian masuk ke dalam bentuk perubahan sebagai
berikut:
Perubahan Besar
Perubahan besar
adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang memberi
pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Salah satunya perubahan cara
pengelolaan pertanian dengan pemakaian alat pertanian dari mesin (traktor) pada
masyarakat agraris merupakan perubahan yang membawa pengaruh besar. Pengaruh
besar tersebut diantaranya memudahkan para petani dalam mengelola sawah
terutama dalam mengolahan tanah yang bertujuan untuk menciptakan struktur tanah
yang dibutuhkan untuk persemaian atau tempat tumbuh benih. Tanah yang padat
diolah sampai menjadi gembur dengan bantuan traktor sehingga lebih efisien.
Berikut gambar perubahan peralatan pertanian:
Bajak Kayu Kuno

Cangkul
Bajak Besi
Traktor terdahulu
Traktor Tangan
Traktor Canggih
C.
Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial dan
kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal
dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.
a. Sebab-Sebab yang
Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini
sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari
dalam masyarakat
(sebab intern) :
1) Dinamika penduduk,
yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.Jumlah penduduk mempengaruhi
matapencaharian penduduk sebagai penduduk yang agraris
2) Adanya
penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang
bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan
dari bentuk penemuan lama (invention).Seperti penemuan alat pengolah tanah dari
penemuan bajak kayu sampai traktor canggih.
3) Munculnya berbagai
bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat. Dari penemuan-penemuan
tersebut muncullah konflik diantara masyarakat seperti pertimbangan petani
dalam menggunakan traktor karena selain berdampak positif juga dapat berdampak negatif.
b . Sebab-Sebab yang
Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan sosial dan
kebudayaan juga dapat terjadi karena
adanya sebab-sebab
yang berasal dari luar masyarakat (sebab
ekstern). Berikut ini
sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.
1) Adanya pengaruh
bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk
mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami
tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan
alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat
memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya. Seperti
peneysuaian dalam menggunakan bajak hewan untuk lahan basah menggunakan sapi
atau kerbau sebagai penggeraknya sedangkan di lahan kering menggunakan kuda.
2) Adanya pengaruh
kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan
menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa
paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan
saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan
mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses
imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau
diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut. Diantaranya pada pengolahan
tanah menggunakan traktor canggih karena pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
D. Faktor Pendorong
dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Faktor-Faktor
Pendorong Perubahan
a. Adanya Kontak
dengan Kebudayaan Lain
Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia
saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah
dihasilkan. Penemuan-penemuan baru tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing
atau merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Proses
tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan
yang ada.
b . Sistem Pendidikan
Formal yang Maju
Pendidikan memberikan
nilai-nilai tertentu bagi manusia,
terutama membuka
pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah,
rasional, dan
objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia
untuk menilai apakah
kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi
perkembangan zaman
atau tidak.
c . Sikap Menghargai
Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap
hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik lagi,
sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.
d . Toleransi
terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan sosial
sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan
cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat
diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e. Sistem Terbuka
Masyarakat (Open Stratification)
Sistem terbuka
memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas
kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial
dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada
para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f. Heterogenitas
Penduduk
Di dalam masyarakat
heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda
akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial.
Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahanperubahan baru dalam
masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.
g. Orientasi ke Masa
Depan
Pemikiran yang selalu
berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan
mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan zaman.
h. Ketidakpuasan
Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang
berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa
perlawanan, pertentangan, dangerakan revolusi untuk mengubahnya.
i . Nilai Bahwa
Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk
Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang
tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
Dalam hal cara
mengolah sawah diantara faktor-faktor tersebut yang mendorong perubahan:
a. Adanya pengaruh dari budaya masyarakat lain.
Seperti kebiasaan masyarakat kota yang menggunakan alat-alat modern yang
kemudian masyarakat pedesaanpun mengikutinya.
b. Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran yang selalu
berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan
mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan
dan tuntutan zaman.
c. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap
Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang
berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa
perlawanan, pertentangan, dangerakan revolusi untuk mengubahnya.
d. Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa
Berikhtiar untuk
Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang
tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
2. Faktor-Faktor
Penghambat Perubahan
a. Kurangnya Hubungan
dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing
menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang
telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat
menjadi statis.
b . Terlambatnya
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi ini dapat
dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, contohnya
masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di
bawah pengaruh masyaPerubahan Sosial Budaya di Bidang Pertanianrakat lain (terjajah).
c . Sikap Masyarakat
yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang
mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit
menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang
bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
d . Rasa Takut
Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan
Integrasi kebudayaan
seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan akan menggoyahkan pola
kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya
menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau
kebudayaan yang telah ada.
e. Adanya Sikap
Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap yang demikian
banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain,misalnya oleh bangsa
Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat karena belum bisa
melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung
menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.Itulah yang menyebabkan kemajuan alat
dan tekhnologi menjadi terhambat.
f. Hambatan-Hambatan
yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha
perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan sebagai
usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar
integrasi masyarakat tersebut.
g. Adat atau Kebiasaan
yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan
merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk
diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan
kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin dapat mempercepat proses
pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat masih banyak yang
menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak akan digunakan,
begitu juga dengan cara pengolahan tanah yang masih banyak menggunakan
hewan.
Sikap Kritis
Masyarakat Terhadap Perubahan Sosial Budaya
a. Inovatif
Adanya
perkembanan tekhnologi dan penemuan-penemuan baru mendorong orang untuk terus
berinovasi dalam menemukan tekhnologi baru yang lebih bermanfaat dan untuk
menyempurnakan penemuan yang sebelumnya.
b. Lebih praktis ( efisien)
Perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat mengakibatkan perilaku
masyarakat menjadi lebih praktis dan efisien.
c. Pertentangan ( Konflik)
Secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau
(angleran) teksturnya lebih halus, hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah
lebih intensif, serta kaya akan pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau.
Sehubungan dengan kondisi tanah dimaksud, dapat menyababkan berkembangnya
cacing tanah sehingga jumlah ikan belut pun akan meningkat. Keadan tersebut
banyak dimanfaatkan oleh kebiasaan masyarakat dalam memancing ikan belut
(ngurek) maupun mencari ikan belut secara langsung yang dilakukan pada malam
hari dengan menggunakan bantuan cahaya patromax atau obor
(ngobor/ngadamar).Ketika beralih ke traktor, secara fisik kondisi tanah hasil
pekerjaan traktor tangan (angleran) teksturnya lebih kasar dan padat, serta
dimungkinkan terjadinya pencemarana tanah akibat dari kebocoran bahan bakar
bensin maupun pelumas (oli) dari mesin traktor dimaksud, sehubungan dengan
kondisi tanah dimaksud, dapat menyababkan kurang berkembangnya cacing tanah
sehingga jumlah ikan belut pun sangat sulit dicari maupun di pancing.
Dengan beralihnya dalam penggunaan bajak
kerbau ke traktor tangan dapat berimbas kepada menurunnya jumlah pendapatan
petani pemilik kebau.
d. Ketidakserasian sosial ( disintegrasi)
Berbagai bidang kegiatan budaya dan seni maupun penciptaan alat- alat
yang diyakini merupakan sebuah manfaat dan nilai dari kehidupan manusia, akan
berkembang melalui serangkaian proses yang panjang sehingga mencapai pola-pola
perilaku baru yang bedampak kepada kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
Menolak dan menghindari modernisasi dan globalisasi sama artinya dengan
mengucilkan diri dari masyarakat internasional. Kondisi ini tentu akan
menyulitkan dalam menjalin hubungan, baik dalam lingkup masyarakat maupun
hubungan antar negara. Munculnya ketertinggalan budaya (culture lag) merupakan
kondisi yang terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan tidak berkembang secara
bersamaan, salah satu unsur kebudayaan berkembang sangat cepat sedangkan unsur
lainnya mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah
ketertinggalan alam pikiran serta pesatnya perkembangan teknologi dan
pembangunan, kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang sedang
berkembang. Begitu halnya dengan sektor pertanian yang mengalami perubahan dan
perkembangan secara terus menerus sesuai dengan alih teknologi serta
perkembangan pada masyarakat pedesaan. Salah satu bentuk modernisasi di bidang
pertanian salah satunya adalah teknik pengolahan lahan dengan dengan
menggunakan alat dari mulai bajak yang ditarik dengan binatang kerbau telah
mengalami pergeseran dengan menggunakan traktor tangan dan mesin sebagai
penggeraknya.
Sumber : http://feralzam.blogspot.com/2012/12/perubahan-sosial-budaya-di-bidang.html

Bajak Besi

Traktor terdahulu

Traktor Tangan

Traktor Canggih

C.
Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial dan
kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal
dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.
a. Sebab-Sebab yang
Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini
sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari
dalam masyarakat
(sebab intern) :
1) Dinamika penduduk,
yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.Jumlah penduduk mempengaruhi
matapencaharian penduduk sebagai penduduk yang agraris
2) Adanya
penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang
bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan
dari bentuk penemuan lama (invention).Seperti penemuan alat pengolah tanah dari
penemuan bajak kayu sampai traktor canggih.
3) Munculnya berbagai
bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat. Dari penemuan-penemuan
tersebut muncullah konflik diantara masyarakat seperti pertimbangan petani
dalam menggunakan traktor karena selain berdampak positif juga dapat berdampak negatif.
b . Sebab-Sebab yang
Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan sosial dan
kebudayaan juga dapat terjadi karena
adanya sebab-sebab
yang berasal dari luar masyarakat (sebab
ekstern). Berikut ini
sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.
1) Adanya pengaruh
bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk
mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami
tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan
alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat
memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya. Seperti
peneysuaian dalam menggunakan bajak hewan untuk lahan basah menggunakan sapi
atau kerbau sebagai penggeraknya sedangkan di lahan kering menggunakan kuda.
2) Adanya pengaruh
kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan
menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa
paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan
saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan
mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses
imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau
diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut. Diantaranya pada pengolahan
tanah menggunakan traktor canggih karena pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
D. Faktor Pendorong
dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Faktor-Faktor
Pendorong Perubahan
a. Adanya Kontak
dengan Kebudayaan Lain
Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia
saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah
dihasilkan. Penemuan-penemuan baru tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing
atau merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Proses
tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan
yang ada.
b . Sistem Pendidikan
Formal yang Maju
Pendidikan memberikan
nilai-nilai tertentu bagi manusia,
terutama membuka
pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah,
rasional, dan
objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia
untuk menilai apakah
kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi
perkembangan zaman
atau tidak.
c . Sikap Menghargai
Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap
hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik lagi,
sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.
d . Toleransi
terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan sosial
sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan
cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat
diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e. Sistem Terbuka
Masyarakat (Open Stratification)
Sistem terbuka
memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas
kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial
dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada
para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f. Heterogenitas
Penduduk
Di dalam masyarakat
heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda
akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial.
Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahanperubahan baru dalam
masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.
g. Orientasi ke Masa
Depan
Pemikiran yang selalu
berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan
mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan zaman.
h. Ketidakpuasan
Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang
berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa
perlawanan, pertentangan, dangerakan revolusi untuk mengubahnya.
i . Nilai Bahwa
Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk
Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang
tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
Dalam hal cara
mengolah sawah diantara faktor-faktor tersebut yang mendorong perubahan:
a. Adanya pengaruh dari budaya masyarakat lain.
Seperti kebiasaan masyarakat kota yang menggunakan alat-alat modern yang
kemudian masyarakat pedesaanpun mengikutinya.
b. Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran yang selalu
berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan
mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan
dan tuntutan zaman.
c. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap
Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang
berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa
perlawanan, pertentangan, dangerakan revolusi untuk mengubahnya.
d. Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa
Berikhtiar untuk
Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang
tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
2. Faktor-Faktor
Penghambat Perubahan
a. Kurangnya Hubungan
dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing
menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang
telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat
menjadi statis.
b . Terlambatnya
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi ini dapat
dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, contohnya
masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di
bawah pengaruh masyaPerubahan Sosial Budaya di Bidang Pertanianrakat lain (terjajah).
c . Sikap Masyarakat
yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang
mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit
menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang
bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
d . Rasa Takut
Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan
Integrasi kebudayaan
seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan akan menggoyahkan pola
kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya
menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau
kebudayaan yang telah ada.
e. Adanya Sikap
Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap yang demikian
banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain,misalnya oleh bangsa
Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat karena belum bisa
melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung
menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.Itulah yang menyebabkan kemajuan alat
dan tekhnologi menjadi terhambat.
f. Hambatan-Hambatan
yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha
perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan sebagai
usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar
integrasi masyarakat tersebut.
g. Adat atau Kebiasaan
yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan
merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk
diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan
kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin dapat mempercepat proses
pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat masih banyak yang
menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak akan digunakan,
begitu juga dengan cara pengolahan tanah yang masih banyak menggunakan
hewan.
a. Inovatif
Adanya
perkembanan tekhnologi dan penemuan-penemuan baru mendorong orang untuk terus
berinovasi dalam menemukan tekhnologi baru yang lebih bermanfaat dan untuk
menyempurnakan penemuan yang sebelumnya.
b. Lebih praktis ( efisien)
Perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat mengakibatkan perilaku
masyarakat menjadi lebih praktis dan efisien.
c. Pertentangan ( Konflik)
Secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau
(angleran) teksturnya lebih halus, hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah
lebih intensif, serta kaya akan pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau.
Sehubungan dengan kondisi tanah dimaksud, dapat menyababkan berkembangnya
cacing tanah sehingga jumlah ikan belut pun akan meningkat. Keadan tersebut
banyak dimanfaatkan oleh kebiasaan masyarakat dalam memancing ikan belut
(ngurek) maupun mencari ikan belut secara langsung yang dilakukan pada malam
hari dengan menggunakan bantuan cahaya patromax atau obor
(ngobor/ngadamar).Ketika beralih ke traktor, secara fisik kondisi tanah hasil
pekerjaan traktor tangan (angleran) teksturnya lebih kasar dan padat, serta
dimungkinkan terjadinya pencemarana tanah akibat dari kebocoran bahan bakar
bensin maupun pelumas (oli) dari mesin traktor dimaksud, sehubungan dengan
kondisi tanah dimaksud, dapat menyababkan kurang berkembangnya cacing tanah
sehingga jumlah ikan belut pun sangat sulit dicari maupun di pancing.
Dengan beralihnya dalam penggunaan bajak
kerbau ke traktor tangan dapat berimbas kepada menurunnya jumlah pendapatan
petani pemilik kebau.
d. Ketidakserasian sosial ( disintegrasi)
Berbagai bidang kegiatan budaya dan seni maupun penciptaan alat- alat
yang diyakini merupakan sebuah manfaat dan nilai dari kehidupan manusia, akan
berkembang melalui serangkaian proses yang panjang sehingga mencapai pola-pola
perilaku baru yang bedampak kepada kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
Menolak dan menghindari modernisasi dan globalisasi sama artinya dengan
mengucilkan diri dari masyarakat internasional. Kondisi ini tentu akan
menyulitkan dalam menjalin hubungan, baik dalam lingkup masyarakat maupun
hubungan antar negara. Munculnya ketertinggalan budaya (culture lag) merupakan
kondisi yang terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan tidak berkembang secara
bersamaan, salah satu unsur kebudayaan berkembang sangat cepat sedangkan unsur
lainnya mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat mencolok adalah
ketertinggalan alam pikiran serta pesatnya perkembangan teknologi dan
pembangunan, kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang sedang
berkembang. Begitu halnya dengan sektor pertanian yang mengalami perubahan dan
perkembangan secara terus menerus sesuai dengan alih teknologi serta
perkembangan pada masyarakat pedesaan. Salah satu bentuk modernisasi di bidang
pertanian salah satunya adalah teknik pengolahan lahan dengan dengan
menggunakan alat dari mulai bajak yang ditarik dengan binatang kerbau telah
mengalami pergeseran dengan menggunakan traktor tangan dan mesin sebagai
penggeraknya.
Sumber : http://feralzam.blogspot.com/2012/12/perubahan-sosial-budaya-di-bidang.html
0 comments:
Post a Comment